Irvan Adilla: PEMBELAJARAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN DISCOVERY

Bloger Kanak Sasak

Tuesday, May 17, 2011

PEMBELAJARAN MENGAPRESIASI PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN DISCOVERY

PEMBELAJARAN MENGAPRESIASIKAN PUISI

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN

DISCOVERY SISWA KELAS IX MTs NW WANASABA

TAHUN PELAJARAN 2010-2011

1. Latar Belakang

Karya sastra ialah karya seni yang berbicara tentang masalah hidup dan kehidupan tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Esten, 1980:1). Seirama dengan itu (Rusyana, 1982:321) menyatakan, sastra ialah hasil karya kreatif manusia dalam pengungkapan penghayatannya tentang hidup dan kehidupan tentang manusia dan kemanusiaan yang menggunakan bahasa. Dari kedua pendapat tersebut dapaat ditarik makna bahwa karya sastra ialah karya seni, mediumnya (alat penyampaiannya) ialah bahasa isinya ialah tentang manusia, bahasanya ialah tentang kehidupan dan kehidupan, tentang manusia dan kemanusiaan.

Pembelajaran sastra tidak dapat dipisahkan dengan pembelajharan bahasa. Namun, pembelajaran sastra tidak dapat disamakan dengan pembelajaran bahasa. Perbedaan hakiki kedua terletak pada tujuan akhirnya. Menurut (Oemarjati, 1992:23), seperti berikut:

Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, memperkarnya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih tamggap terhadap peristiwa-peristiwa disekelilingnya. Tujuannya akhirnya ialah menanam, menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusia. Pengenalan dan rasa hormatnya terhadap tata nilaian baik dalam konteks individual maupun sosial.

Hal tersebut juga berlaku pembelajaran sastra disemua tingkat pendidikan tanah air. Misalnya saja untuk tingkat SMP dan MTs yang tujuan pembelajarannya yaitu: agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2006:3).

Pembelajaran sastra ialah pembelajaran apresiasi. Menurut Efendi (dalam Zulkarnaini, 2008:3), apresiasi ialah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sungguh-sungguh. Didalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan. Pengenalan terhadap karya dapat dilakukan melalui membaca mendengar, dan menonton. Hal tersebut dapat dilakukan secara bersungguh-sungguh. Kesungguhan dalam hal tersebut akan bermuara kepada pengenalan secara bertahap dan akhirnya sampai ke tingkat pemahaman.

Pemahaman terhadap karya sastra yang dibaca, didengar atau ditonton akan mengantarkan peserta didik ke tingkat penghayatan. Indikator yang dapat dilihat setelah menghayati karya sastra ialah jika bacaan, dengaran, atau tontonan sedih siswa akan ikut sedih, jika gembira siswa, mendengar, melihat dan merasakan dari apa yang dibacanya. Siswa benar-benar terlibat dengan karya sastra yang digeluti atau yang diakrabinya.

Setelah menghayati karya sastra, peserta didik akan masuk ke wilayah penikmatan. Pada fase ini siswa telah mampu merasakan secara mendalam bervagai keindahan yang didapatkannya di dalam karya sastra. Perasaan tersebut akan membantunya menemukan nilai-nilai manusia dan kemanusiaan, tentang hidup dan kehidupan yang di gunakan didalam sebuah sastra. Menurut Rusyana (1984:322), kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang didalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembacanya. Selanjutnya dikatakan, kenikmatan timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain, (2) bertambah pengalaman sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik, (3) menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri, yaitu kenikmatan estetis.

Fase dalam pembelajaran sastra ialah penerapan. Penerapan merupakan ujung dari penikmatan. Oleh karena peserta didik merasakan kenikmatan pengalaman pengarang melalui karyanya, siswa mencoba menerapkan nilai-nilai yang siswa hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan itu akan menimbulkan perubahan perilaku. Itulah yang diungkapkan oleh Oemarjati (1992:2), dengan sastra mencerdaskan siswa, memperkaya pengalaman dan pengetahuan.

Dari uraian tersebut menunjukan kegiatan mengapresiasikan karya sastra pada dasarnya terdiri atas beberapa tahapan dengan melibatkan pikiran dan perasaan. Penikmatan sastra. Karenanya, perlu sekali dipikirkan, strategi, metode, media dan sumber belajar yang tepat agar peserta didik dapat belajar mengapresiasikan karya sastra dengan baik dan benar. Salah satu strategi pembelajaran yang perlu dipertimbangkan pengembangannya ialah strategi pembelajaran Discovery.

Menurut prasetnya (2008:4), pendekatan Discovery ialah pendekatan mengajar yang memerlukan prosses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan dan mengambil kesimpulan. Inti dari pembelajaran dengan strategi Discovery ialah upaya pembelajaran berpikir siswa melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, membuat dugaan dan lain-lain. Karenanya, siswa dituntut untuk mengembangkan daya nalarnya.

Pengembangan daya nalar hunungannya dengan pembelajaran sastra dapat dilakukan antara lain dengan proses membandingkan, mengklasifikasikan, menghipotesiskan, mengorganisasikan, merangkum, menerapkan dan mengkritik. Sebagaimana diketahui bahwa dalam pergaulan sastra secara Ilmiah, orang akan selalu berhubungan dengan tiga proses yang utama yaitu: understanding, interpretation, criticism. Dalam ketiga proses pergumulan terhadap sastra ini mutlak dibutuhkan proses penalaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian deskritif tentang pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (Discovery) pada siswa kelas IX MTs TIA NW Wanasaba Kecamatan Wanasaba Tahun Pelajaran 2010-2011.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (Discovery) siswa kelas IX MTs TIA NW Wanasaba Tahun Pelajaran 2010-2011?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (Discovery) siswa kelas IX MTs TIA NW Wanasaba Tahun Pelajaran 2010-2011

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

4.1 Manfaat Teoritis

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pembelajaran apresiasi puisi ditingkat SMP/MTs.

b. Sebagai reprensi bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh tentang masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

4.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan acuan didalam membuat langkah pembelajaran apresiasi puisi terutatam ditingkat pendidikan dasar.

b. Hasil penelitian ini dapt dipergunakan oleh guru bahasa dan sastra di dalam membimbing siswa menuju pemahaman tentang media pembelajaran apresiasi puisi.

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Konsep Dasar

Pembelajaran ialah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat seseorang individu beriteraksi dengan informasi dan lingkungan (Mulyasa. 2002:187).Kata pembelajaran dari kata “belajar”, sehingga pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang melibatkan pengajar dan orang belajar. Guru sebagai pengajar dan siswa sebagai objek belajar.

Menurut Efendi (dalam Sulkarnaini. 2002:3), apresiasi adalah kegiatan menakrabi akarya sastra dengan sungguh-sungguh. Didalam proses mengakrabi terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan dan stelah itu penerapan.

5.2 Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari kata yunani yaitu berartti penciptaan. Namun arti yang semula ini lama kelamaan semakin di persempit ruang lingkupnya menjadi hasil sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Tarigan, 1997:4). Dari pengertian awal tentang puisi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran maka puisi dari arti kata yang begitu sempit “penciptaan” mejadi lebih luas “hasil seni sastra” yang masih bersifat normatif.

Dalam bahasa inggris padanan kata puisi ialah poetry yang diambil dari bahasa yunani poet yang berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa. Orang tersebut ialah orang yang berpenglihatan tajam, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Tarigan, 1997:4). Pendapat-pendapat tentang pengertian puisi terus mengalami dinamika sampai sekarang.

Pengertian tentang puisi sampai sekarang ini sangat sulit untk dibatasi. Blair dan Chandler berdapat bahwa, puisi ialah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian (dalam Tarigan, 1997:5). Demikian juga dengan pendapat Byron yang mendefinisikan puisi dengan lava imajinasi, yang letusannya mencegah timbulnya gempa bumi (dalam Tarigan, 1997:5). Dari pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa puisi ialah bagian dari ilmu dan seni, seperti halnya sastra. Kesan estesis merupakan bagian dari nilai karya sastra itu sendiri, dan puisi itu merupakan bagian estetis itu sendiri.

Mengacu pada pengertian tentang puisi diatas maka dengan mengutip berbagai pendapat Tarigan yang mengutip pendapat 1.A. Richards yang mengatakan bahwa suatu puisi mengandung suatu makna keseluruhan yang merupakan perpaduan dari tema (inti pokok puisi), perasaannya (yaitu sikap penyair terhadap bahan atau Objeknya) nadanya (yaitu sikap sang penyair terhadap pembaca dan penikmatnya) dan amanat (yaitu maksut dan tujuan sang penyair) (dalam Tarigan, 1997:9). Pengertian ini mungkin lebih lengkap dengan melihat puisi sebagai karya, panyair sebagi kreator, dan pembaca sebagi penikmatnya.

5.3 Jenis Puisi

Jenis puisi menurut Semardjo dan Saini KM. (1991:25) ialah sebagai berikut:

a. Puisi Epik yaitu puisi yang menuturkan sebuah cerita dalam bentuk puisi. Dalam hal ini dikenal bentuk-bentuk epos, fabel dan balada

1) Epos ialah puisi yang berisi cerita panjang bahkan didalamnya terdapat banyak anak cerita yang dirangkai dalam cerita pokoknya.

2) Fabel ialah puisi yang berisi cerita kehidupan binatang untuk menyindir atau memberi tamasil kepada manusia. Tujuan fabel ialah memberikan ajaran moral dengan menunjukan sifat-sifat jelek manusia melalui simbol binatang.

3) Balada ialah puisi cerita yang mengandung unsur-unsur sebagai berikut: bahasa sederhana, langsung, dan kongkret, mengandung unsur ketegangan, ancaman, kejutan, dalam materi cerita mengandung kontras-kontras yang dramatik didalamnya, terdapat pengulangan-pengulangan untuk penegasan, mengandung kadar emosi yang kuat terdapat dialok didalamnya.

b. Puisi Lirik

Puisi lirik yang merupakan puisi yang menyuarakan pikiran dan perasaan pribadi penyair dalam lirik. Dari segi maksutnya, puisi lirik ini terdiri atas:

1) Puisi kognitif yaitu puisi lirik yang menekan isi gagasan penyairnya,

2) Puisi eksperesif ialah puisi lirik yang menonjolkan ekspresi pribadi penyairnya, dan

3) Puisi efektif ialah puisi lirik yang pentingnya mempengaruhi prasaan pembacanya.

Sedangkan dari segi isinya, puisi lirik dapat dibagi dalam elegi, hymne, ode, epigram, humor, pastoral, idyal, satire dan parody.

c. Puisi Dramatik

Puisi dramatik pada dasarnya berisi analisis watak seseorang baik bersifat historis, mitos ataupun fiktif citaan penyairnya. Puisi ini menggunakan suatu seasana tertentu atau peristiwa tertentu melalui mata bathin tokoh yang dipilih penyairnya. Sang “aku” dalam puisi dramatik sama tidak identik dengan pribadi penyairnya. Tokoh yang dipilih penyair mewakili situasi manusia atau masyarakat umumnya.

5.4 Apresiasi Puisi

5.4.1 Pengertian

Apresiasi berasal dari kata apreciato (bahasa latin) yang berarti mengindahkan atau menghargai. Kegiatan mengapresiasikan pada dasarnya bukan merupakan konsep abstrak yang pernah terwujud dalam melainkan juga berwujud secara kegiatan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya adalah kegiatan membaca atau menikmati teks maupun perfonmansi puis secara langsung. Kegiatan dapat berwujud seperti membaca, menikmati, memahami serta mengevaluasi teks puisi dan perfermansinya (melihat, mehami, menikamati atau menilai pada kegiatan membaca dipanggung, atau media elektronik). Kemudian, kegiatan mengapresiasikan secara tidak langsung dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra (puisi), membaca buku, secara tidak langsung tapi ikut berperan dalam pengembangan kemampuan meangapresiasikan karya sastra (puisi).

Lebih luas, apresiasi mnurut Gove mengandung makna: 1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan 2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.

Menurut Disick (1975) menyebutkan ada 4 (empat) tingkat apresiasi yaitu:

1. Tingkat menggemari

2. Tingkat menikmati

3. Tingkat meraksi

4. Tingkat produktif

5.4.2 Manfaat mengapresiasikan Puisi

Ada beberapa manfaat yang kita peroleh dalam mengapresiasikan puisi seperti dikemukanan oleh Horatius adalah dulce et utile menyenangkan dan berguna seperti:

1. Pengisi waktu luang

2. Memberikan hiburan

3. Memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan.

4. Memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri.

5. Memberikan pengetahuan tentang nilai sosio-kultural suatu zaman ketika puisi tersebut diciptakan.

6. Bisa mendekatkan manusia kepada Tuhan pecipta alam dan sesama manusia.

7. Bisa membantu manusia menjalani kehidupannya dengan lebih baik.

8. Pembuka jalan ke masa depan bahasa-bahasa.

5.4.3 Memahami Puisi

Memahami karya sastra puisi lebih sulit dari pada memahami karya sastra lainnya seperti prosa dan dram, karean puisi curahan perasaan pengarang, di samping itu juga puisi banyak menggunakan bahasa yang bermakna konotasi, simbol atau lambang, perbandingan maupun kiasan.

Ada dua cara untuk dapat memahami makna sebuah puisi yaitu:

1. Dengan mencari unsur instrinsik dan unsur Ekstrinsiknya.

2. Dengan memparafrasekan puisi.

Yang dimaksud dengna unsur instrinsik puisi adalah

1. Musikalitas

2. Tema

3. Imajinasi

4. Feeling/nada

5. Tone/rasa

6. Diksi

7. Gaya bahasa

Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang ikut membentuk penciptaan sebuah puisi seperti latar belakang penulisan, latar belakang pengarang dan latar belakang sosial budaya.

Pemahaman puisi melalui unsur instrinsik dapat dlakukan dengan memahami tema, feeling dan tone. Sedangkan pemahaman puisi melalui unsur ekstrinsik dapat dilakukan melalui latar belakang penulisan dan latar belakang sosial budaya.

Membuat parafrase dapat dilakukan dengan cara menambahkan bagian-bagian puisi seperti kata-kata, frase atau kalimat yang sengaja dihilangkan oleh pengarangnya.

Parafrase adalah penguraian kembali suatu karangan (puisi) dalam bentuk yang lain (prosa) dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

5.5 Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery (Discovery Learning)

5.5.1 Pengertian

Menurut Widdiharto (2004:17) Discovery (penemuan terbimbing) ialah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya: mengamati, menjelaskan, mengelompokan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan konsep, misalnya: lingkungan, segitiga, X < Y, dan sebagainya. Prinsip misalnya: kuadrat sisi miring pada sigitaiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya.

Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, peneman terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahasa atau data yang telah disediakan oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

Dengan pendekatan ini, siswa dihadapkan pada situasi ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-mencoba (trial and error) hendaknya diajurkan. Guru bertindak sebagai penujuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh gurdu akan merangsang kreativitas siswa dan membantu dalam menemukan pengetahuan baru tersebut.

Model ini membutuhkan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa akan dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan mengkonstruksi sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Model ini dilakukan baik secara perorangan maupun kelompok.

5.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran

Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru ialah sebagai berikut:

a) Merumuskan masalah yang akan diberikan pada siswa dengan data secukupnya, yang dinyatakan dengan penyataan atau pertanyaan perumusan harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu dituliskan dengan jelas.

b) Diskusi sebagai pengarah sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.

c) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memperoses mengorganisasi dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.

d) Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percibaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

e) Siswa menyusun konjektor (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

f) Bila dipandang perlu, konjektur yang dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini perlu dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga menuju akan arah yang hendak dicapai.

g) Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukan adanya mentall operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur.

h) Setelah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

i) Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

j) Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya (Yuliani, 2007:8-7).

5.5.3 Kelebihan dan Kelemahan Discovery

Model penemuan terbimbing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model penemuan terbimbing ialah sebagai berikut:

a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b) Menumbuhkan sekaligur menanamkan sikap pembelajaran yang disajikan.

c) Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian juga siswa terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.

Materi yang disajikan dapat mencari tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukan (Marzano, dlam Widdiharto, 2004:11).

Sementara kekurangannya (Widdiharto, 2004:11) ialah sebagai berikut:

a) Untuk materi tertentu, waktu yang tersisa lebih lama

b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

Dilapangan beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.

6. Metode Penelitian

6.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Dalam suatu kegiatan peneliti Ilmiah, penentuan subjek penelitian merupakan langkah awal sebelum sesorang mengumpulkan data. Populasi ialah keseluruhan objek penelitian baik terdiri daru manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagi sumber data yang dmemiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Subhana, 2000:24). Sedangkan Arikunto (1997:120) menjelaskan tentang penggunaan populasi yaitu, untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih. Pada penelitian ini pepulasi penelitian ialalah, Guru mata pelajaran bahasa indonesia Kelas IX MTs TIA NW Wanasaba Kecamatan Wanasaba tahun pelajaran 2010/2011, yaitu Lalu Saripudinm S.Pd dan siswa kelas IX MTs TIA NW Wanasaba tahun pelajaran 2010-2011 23 orang siswa.

Metode penentuan subjek penelitian ini menggunakan metode populasi. Metode ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah yang diteliti sedikit, sehingga seluruh populasi dijadikan sampel.

6.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk melibatkan data yang balid dan objek digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

6.2.1 Metode Obsevasi

Metode obsevasi ialah mmetode yang dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena/gejala yang diselidiki. Jadi tanpa mengajukan pertanyaan meskipun objeknya orang (Marzuki, 1986:58). Alasan menggunkan metode observasi, karena ingin mendapatkan data yang objektif tentang proses pelaksanaan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (discovery). Dalam pelaksanaan observasi, pengamatan dilakukan secara langsung dalam proses belajar mengajar, persiapan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

6.2.2 Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (1997:32), netode documenter ialah mencari data atau hal-hal yang mengenai variable yang berhubungan dengan dokumen yang berupa catatan, transkripsi, buku, surat kabar, majalah dan lain-lain sebagainya.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapat data tertulis mengenai persiapan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (discovery) yang meliputi:

1. Standar kompetensi

2. Kompetensi dasar

3. Indikator

4. Silabus

5. Sumber belajar

6. Media pembelajaran

7. Program tahunan dan semester

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

9. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

6.2.3 Metode Wawancara

Metode wawancara ialah suatu pedoman yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai chek list (Arikunto, 1997:183). Wawancra merupakan percakapan yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan dengan tanya jawab seputar pembelajaran mengapresiasikan puisi dikelas IX dengan menggunakan pendekatan penemuan, kelebihan dan kekurangan pendekatan tersebut, serta kesulitan siswa dalam mempelajaran dengan menggunakan pendekatan tersebut.

6.2.4 Metode Penugasan

Metode penugasan adalah untuk membantu proses yang lebih cepat dalam pengumpulan data sehingga masing-masing objek penelitian dapat kita ketahui kelebihan dan kekurangan dalam penerapan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan tersebut.

6.3 Metode Analisa Data

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka-angka, mengingat penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci apa yang sudah diteliti.

Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama penyesuaian metode kualitatif lebih mudah apabila berhubungan dengan kenyataan ganda. Kedua metode ini menyajikan secara langsung hakikat antara hubungan penelitian dan responden. Ketiga metode ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Meleong, 1989:6). Jadi metode analisa data ini aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara intraftif dan berlangsung secara terus menerus samapai tuntas, sehingga datanya sudah jenus.

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun langkah-langkah dalam menganalisa data ialah sebagai berikut:

6.3.1 Identifikasi

Untuk menemukan data, penulis mengumpulkan, menentukan atau menerapkan bagaiman pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (descovery) dikelas IX MTs TIA NW Wanasaba Kecamatan Wanasaba Tahun Pelajaran 2010-2011. Dalam hal ini, peneliti menemukan, mencari menentukan, mengamati, mengumpulkan data dan menetapkan data-data yang berhubungan dengan persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (descovery) dikelas IX MTs TIA NW Wanasaba Kecamatan Wanasaba Tahun Pelajaran 2010-2011. Disamping itu juga pada tahap ini akan diidentifikasikan hambatan dan cara mengatasi hambatan-hambatan dalam mengapresiasikan puisi tersebut.

6.3.2 Klasifikasi

Pada tahapan kegiatan ini, peneliti mengklisifikasikan data-data tersebut kedalam kelompok-kelompok data tertentu, kemudian ditentukan data-data yang paling menonjol yang terkait dengan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (descovery) yang meliputi

1) Periapan

2) Pelaksanaan

3) Evaluasi

4) Tindak lanjut

5) Hambatan-hambatan

6.3.3 Evaluasi

Sebelum mengevaluasi, penulis memaparkan atau menggambarkan secara jelas dan terimci bagaimana fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang keberhasilan pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakn pendekatan penemuan (discovery) di kelas IX MTs TIA NW Wanasaba Kecamatan Wanasaba tahun pelajaran 2011/2012 secara keseluruhannya dan bagaimana natar unsur itu sehingga secara bersama-sama membentuk sebuah totalitas kebermakanaan pembelajaran.

6.3.4 Analisis

Langkah selanjutnya adalah analisis pembelajaran mengapresiasikan puisi dengan menggunakan pendekatan penemuan (discovery). Pada kegiatan analisis ini, peneliti akan menghubungkan data-data yang sudah diklasifikasi dan dievaluasi, keterkaitannya satu sama lain.

Kegiatan ini meliputi analisis:

1) Perangkat pembelajaran

2) Pelaksanaan pembelajaran

3) Evaluasi

4) Tindak lanjut

5) Kesesuaian rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran

6) Hambatan dan langkah-langkah mengatasinya.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Bina Aksara.

Depdiknas 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

--------------2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Esten, Mursal. 1992. Apresiasi Sastra. Padang: Angkasa.

Hamalik, Oemar. 1990. Psikologi Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Mandalika, j. DAN Usman Muliadi. 1995. Dasar-dasar Kurikulum. Surabaya: SIC

Marzuki.1986. Metodologi Riset. Yogyakarta:FEUII

Meleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Remaja

Mulyasa E. 2001. Manajemen berbasis sekolah (Konsep, Strategi, Implementasi). Bandung: PT. Rosda Karya.

Oemarjati, Boen S. 1992. Dengan Sastra mencerdaskan Siswa: Memperkaya Pengalaman dan Pengetahuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Prasety, Zuhdan K. dkk. 2008. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: UNSU.

Rusyana, Yus. 1984. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Subhan, M, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: SC. Pustaka Setia

Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Siryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tarigan, Djago. 1997. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Pusat Pendidikan Universitas Terbuka.

Widdiharto, Rahnadi. 2004

Silahkan Anda DOWNLOAD File Word dokumen 2007 DISINI

No comments:

Post a Comment