Irvan Adilla: December 2011

Bloger Kanak Sasak

Monday, December 5, 2011

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI AKSEPTOR UNTUK MEMILIH KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) sudah lama dicanangkan oleh pemerintah. Tujuannya untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia. Seiring dengan itu, berkembang pula metode kontrasepsi yang beraneka ragam. Namun tidak semua alat kontrasepsi efektif dan aman digunakan. Sebab banyak pengguna yang mengeluhkan efek samping dari kontrasepsi yang dipilihnya. (Affandi, Biran, 2005)

Kontrasepsi sendiri adalah suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Ada beberapa jenis kontrasepsi yang tersedia yaitu, Metode Amenorea Laktasi (MAL), metode KB alamiah, senggama terputus, metode barier, kontrasepsi hormonal dan non hormonal dan kontrasepsi mantap. Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi hormon dan disuntikkan kedalam tubuh wanita secara periodik. Kontrasepsi suntik ada 2 macam yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. Suntikan kombinasi diberikan setiap 1 bulan sekali, sedangkan progestin diberikan setiap 3 bulan sekali secara IM. (Depkes RI, 1999)

Menurut majalah republika, penggunaan kontrasepsi suntik menempati urutan pertama dan peringkat kedua adalah KB oral / pil. Menurut data 2003, kontrasepsi suntikan paling banyak digunakan oleh wanita di Indonesia (35,2 %), pil KB digunakan sebanyak 28,1%, IUD 18,8%, implant 12,4%, sterilisasi 5,5%, dan kontrasepsi lainnya 1,0% (Affandi, Biran, 2005). Dari data diatas kita dapat mengetahui besarnya jumlah akseptor KB suntik dibandingkan KB yang lain. Padahal untuk memilih metode kontrasepsi yang cocok banyak faktor-faktor yang melatarbelakangi, diantaranya adalah faktor pasangan, faktor kesehatan dan faktor metode kontrasepsi. Tetapi apabila dengan pengetahuan akseptor yang masih kurang khususnya tentang kontrasepsi maka akan membuat mereka merasa tidak cocok atau tidak mantap dengan KB yang dipilihnya. Oleh karena itu seorang calon akseptor harus tahu tentang berbagai macam kontrasepsi dan apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi pemilihan kontrasepsi tersebut. Sehingga mereka akan lebih merasa yakin dan mantap dengan kontrasepsi pilihannya.. Dengan dilakukannya penelitian ini dapat diketahui apakah akseptor sudah mantap dan yakin dalam memilih kontrasepsi suntik. Karena kemantapan dalam memilih kontrasepsi sangat diperlukan oleh seorang akseptor, agar dia tidak merasa ragu dan bimbang dengan kontrasepsi yang dipilihnya (Hanafi, 2002).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 februari 2007 dengan metode wawancara pada 20 orang yang menjadi akseptor KB suntik, saat datang ke Klinik KB Desa Sumber Anyar untuk ber-KB. Mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan KB suntik karena beberapa alasan. Yaitu : 30% mengatakan karena menstruasi bisa tetap lancar, 25% mengatakan karena KB suntik tidak mengganggu hubungan suami istri, 20% karena berat badan bisa bertambah, 15% tidak menimbulkan nyeri diperut dan 10% mengatakan karena KB suntik tidak menimbulkan keputihan. Berdasarkan data yang ada di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar dari bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember 2006 jumlah akseptor KB yang aktif mencapai 238 akseptor, akseptor KB suntik 70%, akseptor KB pil 7%, akseptor AKDR/IUD 4%, akseptor Implant 19%, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi suntik paling besar jumlah akseptornya.

Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor untuk memilih kontrasepsi suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi akseptor dalam memilih kontrasepsi suntik di Puskesmas Pembantu Desa Sumber Anyar Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggali faktor-faktor yang melatarbelakangi akseptor dalam memilih alat kontrasepsi suntik

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor pasangan, yang terdiri dari :

a. Mengidentifikasi jumlah keluarga yang diinginkan oleh akseptor.

b. Mengidentifikasi usia ibu yang memakai kontrasepsi suntik

c. Mengidentifikasi kualitas hubungan suami istri (terganggu / tidak terganggu) selama mengikuti KB suntik

2. Mengidentifikasi faktor kesehatan

a. Mengidentifikasi status kesehatan akseptor kontrasepsi suntik.

b. Mengidentifikasi riwayat haid akseptor kontrasepsi suntik.

3. Mengidentifikasi faktor metode kontrasepsi

a. Mengidentifikasi efek samping kontrasepsi suntik

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan antara lain:

1.4.1 Bagi Pelayanan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan sebagai konseling untuk membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan keinginannya. Dan peneliti dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang kontrasepsi kepada para aksptor yang datang ketempat pelayanan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang, sebagai masukan hasil penelitian dan menambah khasanah pengetahuan dibidang kesehatan Keluarga Berencana (KB), serta dapat dijadikan masukan bagi peneliti selanjutnya.

1.4.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman lebih mendalam tentang teori Keluarga Berencana (KB), khususnya yang berhubungan dengan kontrasepsi suntik.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang metode kontrasepsi khususnya pada alat kontrasepsi suntik sehingga lebih memantapkan mereka dalam memilih kontrasepsi suntik.


Silahkan Download selengkapnya DISINI

GAMBARAN TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN KASA KERING PADA PERAWATAN TALI PUSAT OLEH BIDAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara dini atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Abdul Bari Saifuddin, 2001).

Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau nanah. Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir, keringkan dengan kasa bersih dan kering. Dilarang memborehkan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat sebab dapat menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal (Departemen Kesehatan RI, 1999).

Mungkin banyak yang bertanya apa gunanya tali pusat. Sewaktu dalam kandungan janin mendapat makanan dari ibu melalui tali pusat itu. Setelah lahir tali pusat tidak dibutuhkan lagi maka dokter atau bidan memotongnya dan ujung tali pusat diikat dengan benang suci hama. Tali pusat biasanya lepas dalam waktu tujuh sampai delapan hari tetapi setelah terlepas, ujungnya yang tertinggal itu belum kering betul, dan ini memakan waktu beberapa minggu. Setiap habis mandi perlu dijaga agar tali pusat yang belum sembuh betul dikeringkan dengan cermat (Oswari, 2004).

Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat, diantaranya yaitu dengan menggunakan antiseptik dan kasa kering. Dan telah dilaksanakan beberapa uji coba klinis untuk membandingkan cara penanganan tali pusat yang berbeda-bada dan semuanya menunjukkan hasil serupa. Oleh karena itu tidak jelas cara mana yang paling efektif untuk mencegah infeksi dan mendorong cepat lepasnya tali pusat (Achmad Sujudi, 2006). Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan kasa kering dalam perawatan tali pusat bukanlah penyebab terjadinya infeksi tali pusat.

Angka kejadian infeksi tali pusat di Puskesmas Ganding yaitu sekitar 2 % terjadi pada tahun 2006 kemarin, hal ini disebabkan karena pengaruh adat-istiadat atau mitos yang membuat masyarakat terjadi kesalah pahaman terhadap perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang perawatan tali pusat khususnya pada perawatan kasa kering, yang dilakukan pada tanggal 22 April 2007 terhadap 5 bidan di Wilayah kerja Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep di peroleh hasil bahwa mereka tidak menggunakan perawatan kasa kering dengan alasan takut terjadi infeksi tali pusat.

Dari data tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat oleh bidan di Wilayah kerja Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat oleh bidan di Wilayah kerja Puskesmas Ganding Kabupaten Sumenep ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat oleh bidan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pendidikan bidan terhadap penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat.

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan bidan terhadap penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, antara lain :

1.4.1 Bagi peneliti

Manfaat yang dapat di ambil peneliti, antara lain :

1. Mengetahui fenomena di masyarakat mengenai kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan kasa kering pada perawatan tali pusat oleh bidan.

2. Sebagai pengalaman peneliti dalam hal penerapan riset.

3. Menerapkan ilmu yang di dapat selama kuliah.

1.4.2 Bagi institusi

Hasil penelitian ini merupakan tambahan referensi dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus di lingkungan pendidikan dan sebagai bahan kajian lebih lanjut khususnya untuk peneliti sejenisnya.

1.4.3 Bagi profesi kebidanan

Manfaat yang dapat diambil profesi, antara lain :

1. Sebagai dasar masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan tentang penggunaan kasa kering dalam perawatan tali pusat.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bidan di lahan praktek dalam menentukan kebijakan penggunaan kasa kering dalam perawatan tali pusat.

3. Bahan masukan dalam memperbaiki kebijakan pelayanan mengenai perawatan tali pusat

1.4.4 Bagi peneliti lebih lanjut

Sebagai dasar masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang perawatan tali pusat.

1.4.5 Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya ibu mengenai perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering.



Silahkan DOWNLOAD selengkapnya dan Kumpulan KTI Lainnya DISINI