Irvan Adilla: March 2011

Bloger Kanak Sasak

Tuesday, March 29, 2011

CARA MERANGSANG PERKEMBANGAN ANAK/BIMBINGAN ORANG TUA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang berkualitas akan membangun bangsa yang berkualitas, tetapi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas memerlukan peran orang tua dan lingkungan.

Dalam proses tahapan perkembangan anak sangat di perlukan peran orang tua untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan anaknya. Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi pemenuhan kebutuhan anak sangat perlu di mengerti oleh orang tua baik kebutuhan fisik maupun psikis dan orang tua harus memberikan anaknya asuh, asah, asih. Kebutuhan emosi, kasih sayang orang tua, peduli perlindungan orang tua, ciptakan kasih sayang.

Proses tahapan perkembangan anak (Anticipatory Guidance dalam hal ini orang tua harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak dalam setiap pertumbuhannya sejak masih bayi sampai ia dewasa.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas kelopk ini adalah bagaimana peran orang tua dalam mengetahui tahapan perkembangan dan bimbingan orang tua dalam mengetahui tahapan anak dari masa bayi hingga puberitas (Anticipatory Guidance).

C. Tujuan Umum dan Khusus

1. Tujuan Umum

Mampu memahami/mengetahui upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan-tahapan perkembangan, kebutuhan, memahami prosses perubahan pada anak sesuai dengan usianya.

2. Tujuan Khusus

Mampu menerapkan asuhan upaya bimbingan orang tua terhadap perkembangan kebutuhan dan mampu menjelaskan beberapa perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada anak.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Manfaatnya kami dapat menerapkan asuhan, memahami perkembagan anak atau upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan anak sampai remaja dan mengetahui cara mengasuh memeberikan bimbingan, memenuhi kebutuhan anak dengan benar dan baik dari mulai usia bayi sampai dewasa.

2. Bagi Istusi/Pendidikan

Manfaatnya bagi pendidikan sebagai karya ilmiah dan dapat dijadikan sebagai kualitas suatu pendidikan atau mengukur mutu pendidikan.

3. Bagi Pembaca/Masyarakat

Manfaatnya bagi pembaca/masyarakat mampu menerapkan asuhan Anticipatory Guidance secara mandiri tanpa bimbingan petugas.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Anticipatory Guidance adalah memberitahukan atau upaya bimbingan kepada orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan asuhan usia anak.

- Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu/anak dari seorang yang ahli/orang tuan

- Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawainan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.

- Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skil) dalam struktur dan fungsi tubuh kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan.

- Anak adalah pribadi yanbg masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.

B. Perkembangan Anak Berdasarkan Usianya

1. Masa Bayi (0-12 Bulan)

a. Usia 0-3 bulan

· Pada usia 1-2 bulan bayi bisa menatap ke ibu

· Mengeluarkan suara o....o....o dan tersenyum

· Mengerakan tangan dan kaki

· Pada usia 2-3 bulan bayi bisa mengkat teghak ketika tengkurap.

· Mengerakan kepala kekiri dan kekanan

· Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum dan tertawa

· Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

b. Usia 4-6 Bulan

· Pada umur 4-6 bulan bayi bisa berbalik dari telungkup ke telentang

· Mempertahankan posisi kepada tetap tegak

· Meraih benda yang ada didekatnya

· Menirukan bunyi dan mengenggam mainan

· Tersenyum ketika melihat mainan gambar yang menarik.

c. Usia 7-9 Bulan

· Pada umur 7-9 bulan bayi bisa merambat

· Mengucapkan ma....ma.... da....da...meraih benda sebesar kacang dan bermain tepuk tangan

· Mencari mainan/benda yang dijatuhkan

· Makan kue/biskuit sendiri dan bermain ci-luk-ba.

d. Usia 10-12 Bulan

· Pada umur 10-12 bulan bayi bisa berdiri dan berpegangan

· Memegang benda kecil dan meniru kata sederhana seperti ma..ma.. pa..pa..

· Mengenal anggota keluarga dan takut pada orang yang belum dikenal.

· Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek

2. Masa Anak (1-5 Rahun)

a. Usia 1-2 Tahun

· Pada umur 1-2 tahun anak bisa naik tangga dan berlari-lari

· Mecoret-coret pencil pada kertas

· Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya

· Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti seperti bola, piring dan sebagainya

· Memegang cangkir sendiri dan belajar makan minum sendiri

b. Usia 2-3 Tahun

· Pada umur 2-3 tahun anak bisa mengayuh sepeda roda tiga

· Berdiri diatas satu kaki tanpa berpegangan

· Bicara dengan baik menggunakan 2 kata dan mengenal 2-4 warna

· Menyebut nama , umur dan tempat

· Menggambar garis lurus dan bermain dengan teman

· Melepas pakaian sendiri dn memakai sepatu sendiri.

c. Usia 4-5 Tahun

· Pada umur 4-5 tahun anak bisa melompat-lompat 1 kaki, mengerti dan berjalan lurus

· Menggambar orang 3 bagian (kepala, badan, tangan/kaki)

· Menggambar tanda silang dan lingkaran

· Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

· Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar

· Menghitung jari, menyebut angka dan bicara mudah di mengeri

· Berpakaian sendiri tanpa dibantu dan mengancing baju

· Menggosok gigi tanpa bantuan

3. Usia Sekolah (6-13 Tahun) Masa Sekolah

a. Ciri masa sekolah

· Usia sekolah dasar karena pada umumnya duduk disekolah dasar

· Usia cerdas anak mengira dirinya mengetahui segala sesuatu

· Usia kelompok anak sering membuat suatu kelompok atau geng

b. Perkembangan psikologi

· Keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan menghitung

1. Perkembangan emosi tidak mau bicara dan menentang bila sedang marah

· Sering takut yang disebabkan oleh hal-hal yang timbul dalam fantasi

· Mulai timbul rasa cemas karena gagal pada suatu pekerjaan salah kmelakukan sesuatu.

· Rasa iri terhadap saudara

· Rasa ingin tahunya agak kurang karena sudah mengenal sekitarnya

· Pernyataan kasih sayang secara verbal kurang disenangi lebih suka dengan tindakan misal membantu orang yang disayangi

· Mengungkapi rasa gembira ditampilkan rasa gembira ditampilkan denga prilaku, memukul temanya atau merangkul temanya.

2) Perkembangan Moral

· Sudah berani berdusta

· Berlaku kasar terhadap anggota keluarga yang telah dewasa

· Menentang peraturan yang berlaku.

3) Perkembangan Sosial

· Tidak senang/tidak puas jika jatuh dari kelompok

· Nekad dalam melakukan suatu tindakan

· Kurang bertanggung jawab masih ingin main-main

· Lebih mementingkan kepentingan peer dari pada orang tua/keluarga

C. Masa Pubertas (remaja) Usia 13 Sampai 18 Tahun

1. Pengertian Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seseorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa sebenarnya merupakan suatu masa yang dilanjutkan oleh masa dewasa adolesensi yang disebut masa pubertas lanjut. Fase adolensensi saat berumur 18-21 tahun. Dan biasanya masa pubertas dalam kehidupan biasanya dimulai saat berumur 8-10 tahun berakhir lebih kurang di usia 18 tahun.

Masa pubertas (remaja) usia 13 tahun sampai 18 tahun

a. Ciri-ciri Psikologi Remaja

· Perkembangan fisik dan mental yang cepat

· Perlu penyusuaian mental pembentukan sikap, nilai dan minat baru

· Priode peralihan anak-anak menjadi dewasa

· Status individu tidak jelas dan ragu akan peran yang harus dilakukan.

· Periode perubahan emosi tinggi tergantung tingkat perubahan fisik dan psikologis

· Dengan berubah minat dan pola prilaku nilai-nilai juga berubah

· Ambivolan terhadap setiap perubahan ingin bebas dan takut tanggung jawab

b. Perkembangan Psikologis Remaja

· Masa yang tak realistik

Melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana ia inginkan bukan adanya.

· Ambang Masa dewasa

Gelisah akan perubahan status

· Usia bermasalah

Harus menyelesaikan masalah sendiri tak lagi orang tua/guru

· Mencari identitas

Menyesuaikan diri dengan standar kelompok, individual.

· Timbul ketakutan

- Keyakinan bahwa bepandangan buruk tentang remaja

- Pertentangan orang tua dan anak

- Menghalangi anak minta bantuan orang tua mengatasi masalahnya.

- Sudah mulai mengenal lawan jenis.


BAB III

CARA MERANGSANG PERKEMBANGAN

ANAK/BIMBINGAN ORANG TUA

A. Berdasarkan Usia Anak

1. Umur 0-4 Bulan

- Sering memluk dan menimang bayi denganpenuh kasih sayang

- Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa di lihat bayi

- Ajak bayi tersenyum dan bicara

- Perdenganrkan ayat Al-Qur’an dan musik pada bayi

2. Umur 4-6 Bulan

- Sering tengkurapkan bayi

- Gerakan benda kekiri dan kekanan di depan matanya

- Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian

- Beri mainan benda yang besar dan berwarna

3. Umur 6-12 Bulan

- Ajari bayi duduk dan ajak main ci-luk-ba

- Ajari memegang dan makan biskuit

- Ajari memegang benda kecil dengan dua jari

- Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan

- Ajari bicara sesering mungkin

- Latih mengucapkan ma...ma...pa...pa..

- Beri mainan yang aman di pukul

4. Umur 1-2 Tahun

- Ajari berjalan diundakan/tangga

- Ajak membersihkan mainan dan ajari mencoret-coret di kertas

- Ajari bernyanyi dan ajak bermain

- Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu

5. Umur 2-3 Tahun

- Ajari berpakaian sendiri dan bacakan cerita anak

- Ajari makan dipiringnya sendiri dan ajari cuci tangan

- Ajak melihat buku bergambar

- Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya

6. Umur 3-5 Tahun

- Minta anak menceritakan aoa yang ia lakukan

- Dengar ia ketika berbicara

- Jika gagap, ajari bicara pelan-pelan

- Awasi dia mencoba hal baru.

BABIV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi \s Anticipatory Guidance merupakan pemberitahuan atau upaya bimbingan orang tua tentang tahapan perkenbangan anak sehingga orang tua sadar yang terjadi dan memenuhi kebutuhan sesuatu usia anak. Setiap perkembangan masa anak dari umur 1-12 bulan. Dan perkembangan masa anak dari umur 1-5 tahun atau sering di sebut dengan masa persekolahan. Dan dilanjutkan dengan perkembangan masa sekolah dari usia 6-13 tahun diteruskan dengan masa remaja (pubertas) dari usia 13 sanmpai 18 tahun berakhir masa pubertas pada usia 18-21 tahun.

Perkembangan anak bimbingan orang tua sangat diperlukan di setiap tahapan-tahapan perkembangan anak dan menjadikan bertambah kemampuannya (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan. Sebagai hasil dari proses pematangan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Kami sebagai penyusun menyadari penulisan tugas kelompok ini masih jauh dari sempurna maka kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pihak pembaca dan dari pihak manapun sangat kami harapkan.

2. Bagi Institusi/Pendidikan

Kami harap kepada institusi pendidikan untuk memyiapkan buku di perpustakaan. Komputer dan melengkapi buku yang belum ada.

3. Pembaca/Masyarakat

Setelah membaca tugas kelompok ini kami harapkan kepada pembaca/masyarakat mampu menerapkan asuhan secara mandiri tanpa bimbingan orang lain atau petugas

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Kesehatan Ibu dan Anak, tahun 2009

Sumber : http://dunia.psikologi.dagdikdug.com/2008

Sumber : http://psikologi.perkembangan.com/2010


DONLOAD Disini




PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DALAM MEMBANGUN MASA DEPAN BANGSA

BAB

PENAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis dalam hal tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial, yang berjalan sedemikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Sunarwati, 2007).

Penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk pendidikan yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya (MANIS), serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya (MASIS). Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun aksesibilitasnya. Misalnya, penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua.

Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangunan sumber daya manusia sejak dini. Seperti disampaikan Ibu Megawati (wakil presiden pada saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak di usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.

Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting bagi kelangsungan bangsa, dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan SDM ditentukan bagaimana penanaman sejak anak usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden age).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan (Multiple Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik, linguistik (verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal.

Multiple Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000).


B. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini dalam Membangun Masa Depan Bangsa

Kondisi SDM Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PERC (Political and Economic Risk Consultancy) pada bulan Maret 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12, terbawah di kawasan ASEAN yaitu setingkat di bawah Vietnam. Rendahnya kualtias hasil pendidikan ini berdampak terhadap rendahnya kualtias sumber daya manusia Indonesia. Dalam kondisi seperti ini tentunya sulit bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pembangunan sumber daya manusia yang dilaksanakan di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan sebagainya, dimulai dengan pengembangan anak usia dini yang mencakup perawatan, pengasuhan dan pendidikan sebagai program utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan oleh bangsa-bangsa ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, termasuk negara industry Korea Selatan. Bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong paling maju apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Di Indonesia pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama, namun hingga tahun 2000 menunjukkan anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan perawatan dan pendidikan masih rendah. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa dari sekitar 26,2 jut anak usia 0-6 tahun yang telah memperoleh layanan pendidikan dini melalui berbagai program baru sekitar 4,5 juta anak (17%). Kontribusi tertinggi melalui Bina Keluarga Balita (9,5%), Taman Kanak-kanak (6,1%), Raudhatul Atfal (1,5%). Sedangkan melalui penitipan anak dan kelompok bermain kontribusinya masing-masing sangat kecil yaitu sekitar 1% dan 0,24%.

Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain disebabkan masih terbatasnya jumla lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh, belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan dan tumbuh kembang anak.

Pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini.

Perhatian dunia internasional terhadap urgensi pendidikan anak usia dini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya.

Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas emosional.

Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: (1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas, (2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan, (3) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat, (4) menolong para orang tua dan anak-anak.

Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.


C. Perkembangan Anak Usia Dini

Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa memberikan pendidikan anak usia dini cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang PAUD. Selain itu juga mereka menganggap PAUD tidak memerlukan profesionalisme. Pandangn tersebut adalah keliru.

Jika PAUD ingin dilakukan di rumah oleh ibu-ibu sendiri, maka ibu-ibu itu perlu belajar dan menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran anak, misalnya dengan membaca buku, mengikuti ceramah atau seminar tentang PAUD.
Kenyataannya semakin banyak ibu-ibu bekerja di luar rumah, oleh karena itu haruslah orang yang menggantikan peran ibu tersebut memahami proses tumbuh kembang anak.

Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD (Hughes, 1999), yaitu: meningkatkan motivasi, pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif. Bila salah satu kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami masing-masing anak.

Ketidaksensitifan orangtua terhadap kesulitan anak bisa juga terjadi, alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya waktu karena orangtua bekerja di luar rumah.

Memahami perkembangan anak dapat dilakukan melalui interaksi dan interdependensi antara orangtua dan guru yang terus dilakukan agar penggalian potensi kecerdasan anak dapat optimal. Interaksi dilakukan dengan cara guru dan orangtua memahami perkembangan anak dan kemampuan dasar minimal yang perlu dimiliki anak, yaitu musikal, kinestetik tubuh, logika matematika, linguistik, spasial, interpersonal dan intrapersonal, karena pada umumnya semua orang punya tujuh intelegensi itu, tentu bervariasi tingkat skalanya.


D. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Anak adalah perwujudan cinta kasih orang dewasa yang siap atau tidak untuk menjadi orang tua. Memiliki anak, siap atau tidak, mengubah banyak hal dalam kehidupan, dan pada akhirnya mau atau tidak kita dituntut untuk siap menjadi orang tua yang harus dapat mempersiapkan anak-anak kita agar dapat menjalankan kehidupan masa depan mereka dengan baik.

Mengenal, mengetahui, memahami dunia anak memang bukan sesuatu yang mudah. Dunia yang penuh warna-warni, dunia yang segalanya indah, mudah, ceria, penuh cinta, penuh keajaiban dan penuh kejutan. Dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak anak namun dalam kepemilikanya banyak bergantung pada peranan orang tua.

Para ahli sependapat bahwa peranan orang tua begitu besar dalam membantu anak-anak agar siap memasuki gerbang kehidupan mereka. Ini berarti bahwa jika berbicara tentang gerbang kehidupan mereka, maka akan membicarakan prospek kehidupan mereka 20-25 tahun mendatang. Pada tahun itulah mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Masuk ke dalam kemandirian penuh, masuk ke dalam dunia mereka yang independen yang sudah seharusnya terlepas penuh dari orang tua dimana keputusan-keputusan hidup mereka sudah harus dapat dilakukan sendiri. Disinilah peranan orang tua sudah sangat berkurang dan sebagai orang tua, pada saat itu kita hanya dapat melihat buah hasil didikan kita sekarang, tanpa dapat melakukan perubahan apapun.

Mengapa orang tua perlu meningkatkan intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah? Jawabannya, sekolah saat ini meminta persyaratan yang cukup tinggi dari kualitas seorang siswa. Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan. Mereka akan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih mudah beradaptasi, lebih mudah menerima hal-hal yang baru, atau intelektualitas anak bisa dikembangkan jauh sebelum mereka masuk ke sekolah. Kondisi seperti itulah yang menempatkan orang tua sebagai guru pertama dan utama bagi anak-anaknya dalam program pendidikan informal yang terjadi di lingkungan keluarga.


E. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini

Memasuki abad XXI dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, sebagai akibat dari multi krisis yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian system pendidikan nasional, sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keragaman potensi, kebutuhan daerah, peserta didik, dan mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.

Permasalahannya adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan di atas, disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan upaya serius melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk masyarakat madani. Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya layanan yang diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan pada anak usia dini, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan layanan.


BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan di atas, disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Untuk menghadapi tantangan itu, diperlukan upaya serius melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi diri dan dapat mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat dan bangsa sehingga dapat membentuk masyarakat madani.

Pendidikan anak usia dini merupakan hal paling mendasar yang dilakukan sedini mungkin dan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.

Masih didapat siswa yang masuk SD sudah diperkenalkan dengan berbagai macam pelajaran dan ilmu sejak dini. Anak-anak sudah harus memiliki kreativitas yang tinggi sejak kecil. Oleh sebab itu, anak-anak yang memiliki intelektualitas yang tinggi akan lebih mudah menerima dengan baik semua yang diajarkan.

B. Saran

Karena pentingnya pendidikan bagi anak-anak bangsa untuk itu marilah kita tingkatkan pendidikan untuk anak-anak bangsa terutama untuk anak-anak usia dini.

PAUD merupakan sekolah untuk anak-anak usia dini, maka dari itu pemerintah meningkatkan mutu pendidikan untuk PAUD untuk meningkatkan pendidikan anak-anak usia dini.


DAFTAR PUSTAKA

CHA, Wahyudi dan Damayanti, Dwi Retna. 2005. Program Pendidikan

Untuk Anak Usia Dini di Prasekolah Islam. Jakarta: Grasindo.

Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.

Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.

Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Asfandiyar, Andi Yudha. 2009. Kena


DOWNLOAD DI SINI